Sudah menjadi hukum alam, jiwa manusia cenderung untuk mendapatkan kesenangan dari benda-benda yang indah dan cantik. Namun, kecenderungan mewujudkan dalam dirinya berkembang sesuai dengan keyakinan agama serta kearifan masing-masing.
Apabila jiwa seni itu adalah bagaimana merasakan adanya keindahan dan menghayatinya, maka itulah yang diingatkan oleh Al-qur’an untuk diperhatikan, dan Al-qur’an telah menegaskan dalam banyak ayatnya. Ayat-ayat yang berkaitan dengan surga memberikan gambaran sempurna bagaimana keindahan yang sebenarnya yang memotivasi orang-orang beriman untuk menciptakan lingkungan seperti yang terdapat didalamnya.
Selain ayat-ayat yang berkaitan dengan surga, Al-qur’an juga menceritakan kepada kita bagaimana ketinggian arsitektur masyarakat dimasa lampau, seperti bangunan-bangunan tinggi yang di bangun oleh kaum Aad, rumah-rumah dari gunung yang dipahat kaumTsamud, atau Haekal Sulaiman (The Temple of Solomon), yang hanya satu dindingnya yang masih tersisa sampai ke hari ini di Yerusalem, yang tadinya adalah sebuah istana megah yang disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil), Al-Qur`an, serta banyak dokumen sejarah dan gulungan-gulungan catatan. Sebagaimana yang diceritakan Al-Qur`an, tatkala Ratu Saba masuk ke dalam istana itu, dia salah menduga lantainya sebagai sebuah kolam besar, dia tidak menyadari lantai itu berlapiskan kaca. Ini betul-betul satu karya seni teknik sangat luar biasa cemerlang di masa itu. Setelah dia mengetahui keagungan istana itu, dia takluk pada kearifan, karya seni, dan ketinggian ilmu Nabi Sulaiman serta menyatakan diri masuk ke dalam naungan agama yang seutuhnya yang benar (Islam).
Kisah riwayat Nabi Sulaiman a.s. merupakan satu contoh yang sangat berkesan bagi orang beriman karena ia mengungkapkan kemampuan artistik dan estetika umat Islam. Dalam kurun waktu akhir-akhir ini, kita juga bisa menyaksikan peninggalan dari pemahaman makna seni yang amat brilian, terutama yang dipelihara oleh kekhalifahan Utsmani. Faktor paling penting dibalik tingginya nilai seni kekhalifahan Utsmani adalah ilham yang diperoleh dari Al-Qur`an dan penerapan tanda-tanda tersurat tentang seni yang tertuang di dalam Kitab Suci ini.
Beberapa unsur dekorasi yang tertera di dalam Al-Qur`an berbunyi seperti berikut.
Mereka yang hidup mengikuti prinsip-prinsip Islam akan diberikan ganjaran pahala berupa hidup kekal di dalam surga dan dengan bermacam-macam karunia yang bakal menyenangkan jiwa mereka. Sesungguhnya, orang-orang beriman akan menempati rumah-rumah peristirahatan dengan kebun-kebun dan dekorasi hiasan yang belum pernah ada di dunia, dan akan disuguhi minuman-minuman yang lezat cita rasanya dalam cangkir-cangkir emas; minuman-minuman itu diambil dari sungai yang mengalir di bawah istana-istana mereka di dalam surga, sebagaimana kita baca,
"Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir." (ash-Shaaffat [37]: 44-45)
Suguhan-suguhan di dalam Surga tidak bisa dibandingkan dengan apa yang kini tersedia di dunia ini. Namun, Allah menyediakan untuk hamba-hamba-Nya bermacam-macam kesukaan mereka di dunia ini yang mungkin serupa dengan yang ada di surga. Sebagai imbalan untuk karunia-karunia ini, orang-orang beriman hendaklah bersyukur dan menikmati semua itu, dan berterima kasih pada Allah.
Al-Faqir ila 'afwa rabbih
Ustadzah. Rizka Abida
Apabila jiwa seni itu adalah bagaimana merasakan adanya keindahan dan menghayatinya, maka itulah yang diingatkan oleh Al-qur’an untuk diperhatikan, dan Al-qur’an telah menegaskan dalam banyak ayatnya. Ayat-ayat yang berkaitan dengan surga memberikan gambaran sempurna bagaimana keindahan yang sebenarnya yang memotivasi orang-orang beriman untuk menciptakan lingkungan seperti yang terdapat didalamnya.
Selain ayat-ayat yang berkaitan dengan surga, Al-qur’an juga menceritakan kepada kita bagaimana ketinggian arsitektur masyarakat dimasa lampau, seperti bangunan-bangunan tinggi yang di bangun oleh kaum Aad, rumah-rumah dari gunung yang dipahat kaumTsamud, atau Haekal Sulaiman (The Temple of Solomon), yang hanya satu dindingnya yang masih tersisa sampai ke hari ini di Yerusalem, yang tadinya adalah sebuah istana megah yang disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil), Al-Qur`an, serta banyak dokumen sejarah dan gulungan-gulungan catatan. Sebagaimana yang diceritakan Al-Qur`an, tatkala Ratu Saba masuk ke dalam istana itu, dia salah menduga lantainya sebagai sebuah kolam besar, dia tidak menyadari lantai itu berlapiskan kaca. Ini betul-betul satu karya seni teknik sangat luar biasa cemerlang di masa itu. Setelah dia mengetahui keagungan istana itu, dia takluk pada kearifan, karya seni, dan ketinggian ilmu Nabi Sulaiman serta menyatakan diri masuk ke dalam naungan agama yang seutuhnya yang benar (Islam).
Kisah riwayat Nabi Sulaiman a.s. merupakan satu contoh yang sangat berkesan bagi orang beriman karena ia mengungkapkan kemampuan artistik dan estetika umat Islam. Dalam kurun waktu akhir-akhir ini, kita juga bisa menyaksikan peninggalan dari pemahaman makna seni yang amat brilian, terutama yang dipelihara oleh kekhalifahan Utsmani. Faktor paling penting dibalik tingginya nilai seni kekhalifahan Utsmani adalah ilham yang diperoleh dari Al-Qur`an dan penerapan tanda-tanda tersurat tentang seni yang tertuang di dalam Kitab Suci ini.
Beberapa unsur dekorasi yang tertera di dalam Al-Qur`an berbunyi seperti berikut.
- Lambungkan Langit-Langit
"Dan demi Baitul Makmur, dan atap yang ditinggikan (langit)." (ath-Thuur [52]: 4-5)
Dalam keadaan lapang dan luas, tempat-tempat dengan langit-langit melambung memberikan rasa nyaman dikalbu. Plafon dengan tatanan demikian juga indah dipandang oleh mata. Sebaliknya langit-langit rendah tidak nyaman dipandang. ini adalah salah satu bentuk siksaan neraka yang dapat membuat kita bisa lebih mengerti tentang kesengsaraan yang harus dirasakan penghuni neraka kelak. Penggambaran Allah ini, bahwa neraka beratap rendah, penuh sesak, dan terkurung, hendaknya dapat meyakinkan kita agar tidak memilih tempat seperti itu di alam dunia ini untuk permukiman kita. - Loteng dan Tangga-Tangga Perak
"…Tentulah Kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya." (az-Zukhruf [43]: 33)
Elemen-elemen dekoratif lainnya yang disebut di dalam Al-Qur`an adalah loteng-loteng perak dan tangga-tangga tinggi dari perak. Allah menganugerahkan semua keindahan ini kepada manusia. Akan tetapi, itu adalah suatu peringatan dan cobaan dunia. - Pintu-Pintu
"Dan Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya, Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan (dari emas)…." (az-Zukhruf [43]: 34-35)
Ayat ini menarik perhatian kita pada nilai estetika dan seni dari pintu-pintu dan unsur-unsur perhiasan: "pintu-pintu rumah-rumah mereka". Di luar penggunaan fungsional mereka, pintu-pintu, yang mungkin dari emas, perak, atau kayu berukir, ataupun dipercantik dengan kaca, mungkin dapat dijadikan sebagai benda-benda hiasan di pintu gerbang rumah ataupun pada bagian-bagian dalam rumah. Sesungguhnya, seni arsitektur dan dekorasi Utsmani banyak mengembangkan pola ini, di samping juga menambah-nambahkan pada pintu-pintu bermacam ukuran serta desian pada istana-istana, rumah peristirahatan, dan rumah-rumah lainnya. - Tiang-Tiang Tinggi
"Yaitu penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (sesuatu kota) seperti itu di negeri-nergeri lain." (al-Fajr [89]: 7-8)
Sebagaimana kita tahu dari Al-Qur`an, Iram, ibu kota kaum Aad, sangatlah elok bangunannya berkat kemegahan arsitekturnya, terutama tatanan tiang-tiang besar tinggi menjulang. Penyebutan Iram dalam Al-Qur`an adalah untuk menunjukkan adanya perhatian pada nilai tinggi dari keindahan dan sekaligus tampilan bangunan-bangunan tinggi. - Dipan-Dipan Berbordir Permata
Al-Qur`an acap menyebut dipan-dipan, menguraikannya sebagai karunia Allah yang dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia senangi,
"…Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya) dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar." (al-Ghaasyiyah [88]: 13-16)
Dipan-dipan yang menyenangkan dan indah buatannya adalah tempat duduk ideal untuk manusia. Lebih dari itu, perabot rumah ini bisa dipercantik dan dibuat lebih cemerlang. Kita dapat membaca,
"Mereka berada di atas dipan yang bertatahkan emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan." (al-Waaqi'ah [56]: 15-16)
Rasa terhibur yang didapatkan dari dipan-dipan secara khusus direntangkan dalam ayat-ayat berikut,
"Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang sangat." (al-Insaan [76]: 13)
"Sesungguhnya, penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan." (Yaasiin [36]: 55-56)
"(yaitu) surga Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan…." (Shaad [38]: 50-51)
"Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan…." (ath-Thuur [52]: 20) - Dipan-Dipan Tinggi dan Ranjang-Ranjang Berhias Sutra
"Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk." (al-Waaqi'ah [56]: 34)
Dipan-dipan dan ranjang-ranjang yang ditinggikan, elemen-elemen dekoratif di dalam surga memberikan pemandangan lebih luas dibandingkan dengan yang rendah-rendah. Dan pada akhirnya memberikan kelegaan,
"Mereka bertelekan di atas permadani yang di sebelah dalamnya dari sutra. Dan buah-buahan surga dapat dipetik dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (ar-Rahmaan [55]: 54-55)
Ayat-ayat ini menarik perhatian kita pada kecantikan penggunaan kain sutra tebal kaya ornamen untuk jok dipan dan seprei ranjang. Sutra nan teramat estetis indahnya, ditambah keelokan desain serta benang pilihan, tentu akan membuat penampilan dipan tambah mengesankan. - Bantal-Bantal Hijau
"Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (ar-Rahmaan [55]: 76-77)
Bantal-bantal adalah keindahan lain yang disebutkan di dalam Al-Qur`an. Di samping bantal, ayat ini juga menunjuk pada pentingnya makna hijau, warna lambang perdamaian yang sudah mendapat pengakuan ilmu modern. - Piring-Piring Emas dan Piala-Piala
"Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya. Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan." (az-Zukhruf [43]: 71-72)
Allah memberitahukan pada kita bahwa barang pecah-belah di surga juga punya nilai artistik dan estetika tinggi. Sebagaimana ayat itu mengatakan lebih lanjut, barang-barang ini merupakan karunia "yang hati-hati mereka menginginkannya serta menyenangkan pandangan mata mereka". - Bejana-Bejana Perak dan Piala Kristal
Di samping piring emas, kita juga diberi tahu bahwa piala-piala dari perak dan kristal juga disediakan di surga. Ayat-ayat tentang ini berbunyi,
"Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukir mereka dengan sebaik-baiknya." (al-Insaan [76]: 15-16)
Mereka yang hidup mengikuti prinsip-prinsip Islam akan diberikan ganjaran pahala berupa hidup kekal di dalam surga dan dengan bermacam-macam karunia yang bakal menyenangkan jiwa mereka. Sesungguhnya, orang-orang beriman akan menempati rumah-rumah peristirahatan dengan kebun-kebun dan dekorasi hiasan yang belum pernah ada di dunia, dan akan disuguhi minuman-minuman yang lezat cita rasanya dalam cangkir-cangkir emas; minuman-minuman itu diambil dari sungai yang mengalir di bawah istana-istana mereka di dalam surga, sebagaimana kita baca,
"Di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir." (ash-Shaaffat [37]: 44-45)
Suguhan-suguhan di dalam Surga tidak bisa dibandingkan dengan apa yang kini tersedia di dunia ini. Namun, Allah menyediakan untuk hamba-hamba-Nya bermacam-macam kesukaan mereka di dunia ini yang mungkin serupa dengan yang ada di surga. Sebagai imbalan untuk karunia-karunia ini, orang-orang beriman hendaklah bersyukur dan menikmati semua itu, dan berterima kasih pada Allah.
Al-Faqir ila 'afwa rabbih
Ustadzah. Rizka Abida


0 Comments